Jikalau harimu mendung hari ini,
itu bukan karena matahari enggan menyinari,
Hanya saja ada awan hitam yg menutupi cahyanya,
Sibak, sibakkan awan itu...
biarkan sinarnya menembus relung jiwamu,
mencairkan hati yg beku,
memberi secercah semangat baru...
Analog dgn hal itu,
ketika hati terasa sepi,
bukan, bukan Allah yg meninggalkanmu pergi,
tapi hanya jiwa kita yg menarik diri,
dari rengkuhanNya...kasih Yang Hakiki...
Sabtu, 31 Desember 2011
Jumat, 30 Desember 2011
Kinan's Diary: "Keputusan Kinan"
Kinan masih saja memegang handphone-nya. Sesekali membuang nafas, seolah ingin menghapuskan awan hitam yg bergelayut di kepalanya.
"Kinanti, Juli 2012 km wisuda kah? Humm, Ok.. klo bgitu september 2012 tunggu kejutan dariku. With love. Adrian."
Tangannya memencet tombol di ponselnya. Pilihan, hapus. Lalu ditinggalkannya benda itu di meja.
Sebenarnya itu bukan kejutan, menurutnya. Dia bahkan mungkin bisa menebak apa yg akan terjadi september 2012, menurut rencana Adrian, mantan pacar-nya itu. Datang ke rumah, bawa orang tua, membicarakan pinangannya pada Kinan. Hufft, Kinan sudah hampir muak membayangkan itu.
"Kenapa dgn Adrian? bukankah dia orang yg sangat setia menunggumu hampir 7 tahun lamanya, setelah secara sepihak kamu putusin dia tanpa alasan yg jelas? Kurang apalagi,Kin?"
Kinan bahkan sudah malas menjawab pertanyaan2 serupa yg diserangkan padanya bertubi-tubi. Dari teman2 lamanya yg...yahh, tentu saja ada di pihak Adrian.
Setia, katanya? Hahh, jangan membuatku tertawa. Itu mnurut kalian, cobalah buka mata kalian, apakah kesetiaan itu ditunjukkan dengan dia berpacaran dengan 2 wanita lain setelah putusnya mereka?, batin Kinan.
Mereka bukannya tidak tahu. Bahkan mreka mengenal perempuan2 yg singgah di hidup Adrian itu. Tapi menurut mereka, mereka tidak lebih baik daripada Kinan untuk mendampingi Adrian. Seperti halnya yg Adrian katakan padanya semester lalu. Hahh?! Siapa yg gila sih ini sebenarnya??
"Kak, aq di-add mas Danu Setia Hardana. Temen deket kakak kah? Humm, capek e aq bales chat-chatnya dia, yg mski diawali dgn 'Assalamu'alaikum, apa kabar?' ending2nya mesti,'salam ya, buat kak Kinan'..."lagi-lagi Ovy, adik kesayangannya mengiriminya sms berisi protes.
Haha, dia itu protes karena capek 'meladeni' tmn laki2 kakaknya, atau protes karena bukan dia yg diperhatikan? Entahlah...
Danu, apa yg kurang dr dia. Teman seperjuangannya dulu di Osis SMA. yang sebenarnya tak terlalu dekat dengan Kinan. Entah kenapa akhir2 ini menunjukkan gelagat aneh di mata Kinan.
"Keluargaku baru aja dr Jogja. Mama nitipin oleh2 buat kamu" katanya waktu main ke kampus Kinan, 'hanya' untuk mengantarkan oleh2 'dari mamanya'. Ehmm, klo saja Kinan mengenal siapa mama Danu, mungkin takkan jadi masalah, tp namanya saja Kinan ga pernah dengar, lah kok tiba-tiba beliin oleh2??
"Kin, hukumnya ninggalin shalat jumat pas di perjalanan itu gmn ya?" dan serentetan pertanyaan berbau Islam, selalu menjadi awal pembicaraan panjang Kinan dengan Danu. Akhir-akhir ini saja. Dulunya Danu bahkan jarang menyapa Kinan, meski mereka sering bertatap muka saat rapat Osis.
Kinan, dan beberapa teman dekat Danu melihat itu sbuah perubahan positif. Tapi Kinan jadi merasa aneh, ketika Danu mulai menceritakan masalah2 'private' kepadanya. Tentang Dilla dan mengapa mereka putus. Ahh, tolonglah..sebenarnya Kinan tak mau tahu. Tapi, 'atas nama persahabatan' Kinan mau juga jadi pendengar setianya.
Kinan iseng membuka2 inbox emailnya. Bukan mau nostalgia, tapi entah kenapa, hatinya tergelitik untuk membaca2 kembali beberapa 'surat cinta' yg terkirim untuknya. Semuanya dari satu alamat...Dzikri_dzikrullah@yahoo.com
dan dia mulai memutar memori, bagaimana perasaannya dulu menerima email2 indah dari orang yang dikaguminya. Seorang muslim yg baik, tampan, dan juga cerdas. Tapi, perasaan itu berubah menjadi kesal luar biasa, ketika secara tak sengaja dia mendengar dari percakapan teman2nya, bahwa mereka pun mendapat perlakuan yg sama dr laki-laki itu.
Kinan marah. Tapi ia bisa mengatasi marahnya. Dengan tangan bergetar, ia mengirim sms pada laki-laki itu "Assalamu'alaikum. Maaf, kak...Kinan hanya ingin klarifikasi. Apa maksud kakak mengirimi Kinan file-file pernikahan, rencana-rencana hidup kakak, memperkenalkan profil keluarga kakak pada Kinan? Kinan nggak ngerti. Bener2 nggak ngerti"
Tak lama benda itu berdering. Balasan dari laki-laki itu,"hehehe, maaf ya dik Kinan, kakak hanya ingin sharing aja kok..tentang rencana2 kakak dan juga cerita tentang pengalaman2 kakak 'berproses' dengan beberapa orang dan gagal...yahh, supaya dik Kinan bisa mnegambil hikmahnya saja."
"Jadi, tidak ada 'tujuan khusus'?? Lantas, kenapa kakak menceritakan ttg keluarga kakak, dan kata kakak sudah menceritakan ttg saya ke ibu kakak? maksudnya apa?" Kinan menahan napas saat pesan itu terkirim. sedikit merasa menyesal, takut ia dianggap GR, egonya menentang hal itu, tapi rasa ingin tahu itu sudah membuncah. Sebenarnya apa niatan laki-laki itu?
Ponsel Kinan berdering lagi, agak deg2an ia membukanya. Ada satu sisi hatinya berharap jawaban itu akan membuatnya berbunga2 setelah membacanya. Tapi di sisi lain, ia takut akan kecewa.
dan sisi lain itulah yg benar. "Hahaha, maaf sekali lagi lho dik Kinan, kalau apa yg saya kirim selama ini sudah membuat adik sangat berharap pada saya. Sungguh, saya tidak memiliki niat apapun. Bukan, bukan maksud saya mengatakan dik Kinan tidak cocok dengan saya. Tapi, entahlah..banyak pertimbangan yg harus dipikirkan sebelum saya mengambil langkah sejauh itu"
Aarrrgghhh...kalau saja Kinan tidak ingat ponsel satu-satunya itu amanah dari orangtuanya, sudah ia banting benda itu. Dia malu. Muak. Kesal dengan dirinya sendiri. God! Jadi selama ini dia hanya 'salah paham'?? Lantas bagaimana dengan gadis2 yg lain itu?? sakit hati juga kah mereka diperlakukan seperti ini? Membayangkannya saja sidah ngeri, jika ada yg sudah terlanjur menyerahkan hatinya pada laki-laki labil itu. Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, Kinan menangis karena laki2. Dia sudah salah jatuh hati.
"hei, apa kabar? sudah lama tak berjumpa? Gimana dengan skripsimu,Kin? Aq berharap suatu saat kita bisa bertemu lagi ya, dgn keadaan yg sangat baik"
lagi-lagi sms dr Dio. Teman masa kecilnya. Rumah mereka tak jauh sebenarnya. Tapi Dio tipe anak laki-laki yg manis dan sangat pemalu. Jangan harap dia mau main k rumah Kinan. Belakangan dia tahu, itu karena Dio menaruh hati padanya.
Dia baik. Sopan. Polos. Belum pernah pacaran. Orang tua mereka saling mengenal. Tapi, jangan pikir itu sudah cukup bagi Kinan untuk menyukainya. Dia memang teman yg baik. tapi tidak untuk lebih dari itu. Dia kekanakan. dan itu sudah cukup membuat Kinan lelah membayangkan bagaimana harus mengarungi hidup dengan orang yang kedewasaannya di bawah level Kinan. Selebihnya, seperti perempuan yg lain yg memiliki kualifikasi untuk calon imam yang akan membimbing hidupnya, Dio masih jauh dr yg Kinan harapkan.
Sepertinya itu lebih dari cukup, alasan Kinan untuk tidak membalas sms2 sapaan hangat dari Dio.
Juni, 2012
"Ayah,,Kinan ingin bicara" suaranya agak bergetar ketika memulai kalimat itu.
Ovy menghentikan makannya. Ibunya yg sedari tadi memang tak melakukan apa2 memandangi putri sulungnya itu dengan tatapan meyakinkan. Sang ayah membetulkan posisi duduknya.
"Ada apa to? kok kayaknya serius,hm..?"Ayahnya mulai memutar seluruh badannya, tanda menanggapi niat putrinya yg seolah berat mengatakan niatnya.
"Kinan pengen nikah." jawabnya pendek. Sebenarnya itu karena dia tak mampu menahan gemuruh dadanya yg kian kencang saat harus benar2 berhadapan dengan laki-laki nomor satu dalam hidupnya sekarang ini.
Ovy menjatuhkan sendoknya, ga percaya dgn omongan kakaknya barusan.
"hahahaha, yo bagus lah...ayah kira kamu nggak pengen nikah."seloroh ayahnya tak serius.
Kinan mengerutkan keningnya,"Ayaaahh..." Kinan merajuk, menunjukkan watak aslinya.
"Kapan?"tanya ayahnya, serius kembali.
"Bulan depan. Setelah wisuda. Itu juga kalau Ayah mengijinkan." Kinan melanjutkan kalimatnya, terbata. Ovy ikut menahan napas. Sementara ibunya yg memang sudah mengetahui rencana ini, hanya diam saja. Sama-sama menunggu reaksi kepala rumah tangga mereka.
"Kamu yakin?" Kali ini ayah Kinan membetulkan kacamatanya.
Sembari mengambil napas panjang, Kinan berucap basmallah dalam hatinya. "Insya Allah"
Ayah Kinan hampir beranjak bangun dari duduknya, sebelum beliau mengatakan,"Suruh 'dia' datang menghadap ayah", dan langkah beliau pun diikuti tatapan tak mengerti ketiga wanita permata hatinya itu.
"Sudah siapkah kamu, Kinanti Astaria Putri?? Siapkah kamu menjalani hidupmu tak lagi sendiri? Siapkah kamu menanggung beban dua kali lebih besar daripada bebanmu sendiri? Siapkah kamu untuk diterima atau tidak diterima oleh keluarga yang akan menjadi keluarga barumu? Siapkah kamu untuk menomrsatukan laki-laki yang baru saja kamu kenal, dibandingkan ayah? Siapkah kamu menerima kenyataan jika ayah tidak menyetujui niatmu??" Segudang pertanyaan memenuhi rongga kepala Kinan, mendengung...menggema berulang2, membuat kepalanya kian berat. Tapi ucapan laki-laki itu sangat dalam buatnya, meski dilafalkan dengan sangat sederhana.
"Mungkin harus seperti ini Allah mempertemukan kita. Dengan cara yang sama sekali tak kita duga. Di tempat yang tak pernah kita rencanakan. Maaf, jika saya memiliki ketertarikan pada adik. Tapi, tolong jangan ragukan niat baik saya untuk menyempurnakan separuh dien bersama dik Kinan"
"Sama siapa kak?"tanya Ovy, penasaran.
"Lihat saja besok" jawab kinan pendek.
"Yahh..kq gtu sih?? Namanya siapa?" Ovy mendekatkan kepalanya ke kakaknya yg tidur bersebelahan dengannya.
"Yg jelas belum terlintas di kepalamu" Kinan berbalik, membelakangi adiknya. Ovy mendengus kesal. Memangnya siapa? Apakah orang yg belum pernah Kinan ceritakan padanya? Masa sih? Karena menurutnya, Kinan adalah orang yang paling tidak bisa merahasiakan sesuatu pada adik semata wayangnya itu. Siapa? Kak Adrian, Kak Dio, Kak Dzikri, Kak Danu? Siapa lagi??
"cakepan mana sama kak adrian, kak?" tuntutnya. Karena baginya, dari sekian banyak laki-laki yg perah ia dengar namanya dan ia tahu orangnya, cuma Adrian-lah yg paling mengesankan. Ahahaha,siapa yg ga mau punya kakak ipar blasteran luar negeri begitu. Pasti membanggakan sekali kalo itu beneran kak Adrian-nya.
"Dasar abege, jangan liat dr fisiknya aja dong!" Kinan berbalik kembali menghadap adiknya.
"Meski nanti abangmu ga secakep Adrian, tp dia ga kalah baik kok, InsyaAllah...lagian, kamu seneng kan liat kakak seneng?" Kinan menatap mata adik kecilnya itu.
"Hmm, tp liat2 dulu yaa, klo jelek banget mah jangan..."rajuk si kecil Ovy. Bagaimana pun, meski uumur Ovy sudah menginjak 15 tahun, bagi Kinan, dia tetap adik kecil kesayangannya.
Tangan Kinan terjulur untuk menarik hidung adiknya dengan rasa sayang. "Auw! kebiasaan ah, ini kakak! sakit tau!" protesnya. Dan Kinan tak menggubrisnya, malah menarik selimut dan menutupi mukanya.
Ovy melirik kakaknya yg tak kelihatan lagi mukanya, sambil menerawang sedih. Mungkin sebentar lagi dia akan tidur sendiri, tanpa kakak satu2nya yg dia miliki itu.
Kinan keluar dari dapur untuk menyuguhkan 3 cangkir teh yg dibuatnya untuk kedua orangtuanya dan satu tamu 'istimewa' dirumahnya itu. Berkali-kali ia berhenti melangkah, hanya untuk mengambil napas dalam, demi menenangkan pikirannya yg berkecamuk dan juga membetulkan posisi tangannya sehingga gemerutuk cangkir yg dipegang diatas nampannya tak terdengar, menandakan gemetarnya kedua tangan Kinan.
Kinan segera undur diri, setelah meletakkan cangkir2 itu diatas meja. tak sedikitpun ia melirik laki-laki 'asing' yang menghadap kedua orang tuanya itu. Hanya saja sekilas ia melihat senyum kecil di bibir ibunya, dan itu sudah cukup membuat hatinya tenang.
"Kak, kak...kenapa sih kakak memilih abang itu? bukankah ada banyak pilihan untuk kakak?"sekali lagi Ovy memberondongnya dengan banyak pertanyaan.
Kinan menarik tangan adiknya untuk duduk di teras belakang rumah mereka. jaga-jaga, supaya pembicaraan mereka tak sampai ke ruang tamu.
"Kakak memang belum lama mengenal abang itu. Tapi kakak kira tak butuh waktu yg lama untuk lebih mengenalnya. Yang jelas, Ovy...kesiapan itu tiba2 datang, tanpa bisa kita prediksikan sebelumnya. Yang jelas, dengan ijin Allah, kakak sudah mantap meilihnya..."
seolah tak puas dengan jawaban kakaknya,"Kakak ga takut salah pilih? knp bukan dengan orang yg udah lama kakak kenal? yg jelas2 bisa membahagiakan kakak, menurutku sih..."
Kinan segera menjulurkan tangannya, tapi dicegah Ovy yg hapal dengan kebiasaan kakaknya kalau mulai gemas dengan adiknya itu. "Materi memang sarana untuk mendapatkan kebahagiaan. Tapi kebahagiaan tak semata2 karena materi. Abang itu memang banyak kekurangan, tapi justru dengan hal itu, kakak bisa belajar untuk melengkapinya. Kalaupun ada yg sama, akan menjadi saling menguatkan..."
Ovy tak tahan lagi untuk memeluk kakaknya. Kinan salah tingkah,"hei, kamu kenapa sayang?"
"Ovy sayang kakak...Ovy percaya apa yg menjadi pilihan kakak"
Kinan melepaskan pelukan adiknya perlahan. "Ovy jagain ayah sama ibu ya?"
"InsyaAllah kak...Eh, aq ga bisa bayangin reaksinya kak Adrian pas nerima undangan dari kakak nanti, hehehe..."Ovy menjulurkan lidahnya.
"Hussy, udah ah...Yuk ke depan, liat perkembangan perjuangan abangmu melumpuhkan ayah" Kinan tertawa. Dan Ovy baru melihat senyum selebar ini pada kakaknya, setelah beberapa waktu lalu tampak tertekan dengan beberapa laki-laki yg singgah dalam hidup Kinan.
"barakallah, kakakku..." bisiknya.
"Kinanti, Juli 2012 km wisuda kah? Humm, Ok.. klo bgitu september 2012 tunggu kejutan dariku. With love. Adrian."
Tangannya memencet tombol di ponselnya. Pilihan, hapus. Lalu ditinggalkannya benda itu di meja.
Sebenarnya itu bukan kejutan, menurutnya. Dia bahkan mungkin bisa menebak apa yg akan terjadi september 2012, menurut rencana Adrian, mantan pacar-nya itu. Datang ke rumah, bawa orang tua, membicarakan pinangannya pada Kinan. Hufft, Kinan sudah hampir muak membayangkan itu.
"Kenapa dgn Adrian? bukankah dia orang yg sangat setia menunggumu hampir 7 tahun lamanya, setelah secara sepihak kamu putusin dia tanpa alasan yg jelas? Kurang apalagi,Kin?"
Kinan bahkan sudah malas menjawab pertanyaan2 serupa yg diserangkan padanya bertubi-tubi. Dari teman2 lamanya yg...yahh, tentu saja ada di pihak Adrian.
Setia, katanya? Hahh, jangan membuatku tertawa. Itu mnurut kalian, cobalah buka mata kalian, apakah kesetiaan itu ditunjukkan dengan dia berpacaran dengan 2 wanita lain setelah putusnya mereka?, batin Kinan.
Mereka bukannya tidak tahu. Bahkan mreka mengenal perempuan2 yg singgah di hidup Adrian itu. Tapi menurut mereka, mereka tidak lebih baik daripada Kinan untuk mendampingi Adrian. Seperti halnya yg Adrian katakan padanya semester lalu. Hahh?! Siapa yg gila sih ini sebenarnya??
"Kak, aq di-add mas Danu Setia Hardana. Temen deket kakak kah? Humm, capek e aq bales chat-chatnya dia, yg mski diawali dgn 'Assalamu'alaikum, apa kabar?' ending2nya mesti,'salam ya, buat kak Kinan'..."lagi-lagi Ovy, adik kesayangannya mengiriminya sms berisi protes.
Haha, dia itu protes karena capek 'meladeni' tmn laki2 kakaknya, atau protes karena bukan dia yg diperhatikan? Entahlah...
Danu, apa yg kurang dr dia. Teman seperjuangannya dulu di Osis SMA. yang sebenarnya tak terlalu dekat dengan Kinan. Entah kenapa akhir2 ini menunjukkan gelagat aneh di mata Kinan.
"Keluargaku baru aja dr Jogja. Mama nitipin oleh2 buat kamu" katanya waktu main ke kampus Kinan, 'hanya' untuk mengantarkan oleh2 'dari mamanya'. Ehmm, klo saja Kinan mengenal siapa mama Danu, mungkin takkan jadi masalah, tp namanya saja Kinan ga pernah dengar, lah kok tiba-tiba beliin oleh2??
"Kin, hukumnya ninggalin shalat jumat pas di perjalanan itu gmn ya?" dan serentetan pertanyaan berbau Islam, selalu menjadi awal pembicaraan panjang Kinan dengan Danu. Akhir-akhir ini saja. Dulunya Danu bahkan jarang menyapa Kinan, meski mereka sering bertatap muka saat rapat Osis.
Kinan, dan beberapa teman dekat Danu melihat itu sbuah perubahan positif. Tapi Kinan jadi merasa aneh, ketika Danu mulai menceritakan masalah2 'private' kepadanya. Tentang Dilla dan mengapa mereka putus. Ahh, tolonglah..sebenarnya Kinan tak mau tahu. Tapi, 'atas nama persahabatan' Kinan mau juga jadi pendengar setianya.
Kinan iseng membuka2 inbox emailnya. Bukan mau nostalgia, tapi entah kenapa, hatinya tergelitik untuk membaca2 kembali beberapa 'surat cinta' yg terkirim untuknya. Semuanya dari satu alamat...Dzikri_dzikrullah@yahoo.com
dan dia mulai memutar memori, bagaimana perasaannya dulu menerima email2 indah dari orang yang dikaguminya. Seorang muslim yg baik, tampan, dan juga cerdas. Tapi, perasaan itu berubah menjadi kesal luar biasa, ketika secara tak sengaja dia mendengar dari percakapan teman2nya, bahwa mereka pun mendapat perlakuan yg sama dr laki-laki itu.
Kinan marah. Tapi ia bisa mengatasi marahnya. Dengan tangan bergetar, ia mengirim sms pada laki-laki itu "Assalamu'alaikum. Maaf, kak...Kinan hanya ingin klarifikasi. Apa maksud kakak mengirimi Kinan file-file pernikahan, rencana-rencana hidup kakak, memperkenalkan profil keluarga kakak pada Kinan? Kinan nggak ngerti. Bener2 nggak ngerti"
Tak lama benda itu berdering. Balasan dari laki-laki itu,"hehehe, maaf ya dik Kinan, kakak hanya ingin sharing aja kok..tentang rencana2 kakak dan juga cerita tentang pengalaman2 kakak 'berproses' dengan beberapa orang dan gagal...yahh, supaya dik Kinan bisa mnegambil hikmahnya saja."
"Jadi, tidak ada 'tujuan khusus'?? Lantas, kenapa kakak menceritakan ttg keluarga kakak, dan kata kakak sudah menceritakan ttg saya ke ibu kakak? maksudnya apa?" Kinan menahan napas saat pesan itu terkirim. sedikit merasa menyesal, takut ia dianggap GR, egonya menentang hal itu, tapi rasa ingin tahu itu sudah membuncah. Sebenarnya apa niatan laki-laki itu?
Ponsel Kinan berdering lagi, agak deg2an ia membukanya. Ada satu sisi hatinya berharap jawaban itu akan membuatnya berbunga2 setelah membacanya. Tapi di sisi lain, ia takut akan kecewa.
dan sisi lain itulah yg benar. "Hahaha, maaf sekali lagi lho dik Kinan, kalau apa yg saya kirim selama ini sudah membuat adik sangat berharap pada saya. Sungguh, saya tidak memiliki niat apapun. Bukan, bukan maksud saya mengatakan dik Kinan tidak cocok dengan saya. Tapi, entahlah..banyak pertimbangan yg harus dipikirkan sebelum saya mengambil langkah sejauh itu"
Aarrrgghhh...kalau saja Kinan tidak ingat ponsel satu-satunya itu amanah dari orangtuanya, sudah ia banting benda itu. Dia malu. Muak. Kesal dengan dirinya sendiri. God! Jadi selama ini dia hanya 'salah paham'?? Lantas bagaimana dengan gadis2 yg lain itu?? sakit hati juga kah mereka diperlakukan seperti ini? Membayangkannya saja sidah ngeri, jika ada yg sudah terlanjur menyerahkan hatinya pada laki-laki labil itu. Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, Kinan menangis karena laki2. Dia sudah salah jatuh hati.
"hei, apa kabar? sudah lama tak berjumpa? Gimana dengan skripsimu,Kin? Aq berharap suatu saat kita bisa bertemu lagi ya, dgn keadaan yg sangat baik"
lagi-lagi sms dr Dio. Teman masa kecilnya. Rumah mereka tak jauh sebenarnya. Tapi Dio tipe anak laki-laki yg manis dan sangat pemalu. Jangan harap dia mau main k rumah Kinan. Belakangan dia tahu, itu karena Dio menaruh hati padanya.
Dia baik. Sopan. Polos. Belum pernah pacaran. Orang tua mereka saling mengenal. Tapi, jangan pikir itu sudah cukup bagi Kinan untuk menyukainya. Dia memang teman yg baik. tapi tidak untuk lebih dari itu. Dia kekanakan. dan itu sudah cukup membuat Kinan lelah membayangkan bagaimana harus mengarungi hidup dengan orang yang kedewasaannya di bawah level Kinan. Selebihnya, seperti perempuan yg lain yg memiliki kualifikasi untuk calon imam yang akan membimbing hidupnya, Dio masih jauh dr yg Kinan harapkan.
Sepertinya itu lebih dari cukup, alasan Kinan untuk tidak membalas sms2 sapaan hangat dari Dio.
Juni, 2012
"Ayah,,Kinan ingin bicara" suaranya agak bergetar ketika memulai kalimat itu.
Ovy menghentikan makannya. Ibunya yg sedari tadi memang tak melakukan apa2 memandangi putri sulungnya itu dengan tatapan meyakinkan. Sang ayah membetulkan posisi duduknya.
"Ada apa to? kok kayaknya serius,hm..?"Ayahnya mulai memutar seluruh badannya, tanda menanggapi niat putrinya yg seolah berat mengatakan niatnya.
"Kinan pengen nikah." jawabnya pendek. Sebenarnya itu karena dia tak mampu menahan gemuruh dadanya yg kian kencang saat harus benar2 berhadapan dengan laki-laki nomor satu dalam hidupnya sekarang ini.
Ovy menjatuhkan sendoknya, ga percaya dgn omongan kakaknya barusan.
"hahahaha, yo bagus lah...ayah kira kamu nggak pengen nikah."seloroh ayahnya tak serius.
Kinan mengerutkan keningnya,"Ayaaahh..." Kinan merajuk, menunjukkan watak aslinya.
"Kapan?"tanya ayahnya, serius kembali.
"Bulan depan. Setelah wisuda. Itu juga kalau Ayah mengijinkan." Kinan melanjutkan kalimatnya, terbata. Ovy ikut menahan napas. Sementara ibunya yg memang sudah mengetahui rencana ini, hanya diam saja. Sama-sama menunggu reaksi kepala rumah tangga mereka.
"Kamu yakin?" Kali ini ayah Kinan membetulkan kacamatanya.
Sembari mengambil napas panjang, Kinan berucap basmallah dalam hatinya. "Insya Allah"
Ayah Kinan hampir beranjak bangun dari duduknya, sebelum beliau mengatakan,"Suruh 'dia' datang menghadap ayah", dan langkah beliau pun diikuti tatapan tak mengerti ketiga wanita permata hatinya itu.
"Sudah siapkah kamu, Kinanti Astaria Putri?? Siapkah kamu menjalani hidupmu tak lagi sendiri? Siapkah kamu menanggung beban dua kali lebih besar daripada bebanmu sendiri? Siapkah kamu untuk diterima atau tidak diterima oleh keluarga yang akan menjadi keluarga barumu? Siapkah kamu untuk menomrsatukan laki-laki yang baru saja kamu kenal, dibandingkan ayah? Siapkah kamu menerima kenyataan jika ayah tidak menyetujui niatmu??" Segudang pertanyaan memenuhi rongga kepala Kinan, mendengung...menggema berulang2, membuat kepalanya kian berat. Tapi ucapan laki-laki itu sangat dalam buatnya, meski dilafalkan dengan sangat sederhana.
"Mungkin harus seperti ini Allah mempertemukan kita. Dengan cara yang sama sekali tak kita duga. Di tempat yang tak pernah kita rencanakan. Maaf, jika saya memiliki ketertarikan pada adik. Tapi, tolong jangan ragukan niat baik saya untuk menyempurnakan separuh dien bersama dik Kinan"
"Sama siapa kak?"tanya Ovy, penasaran.
"Lihat saja besok" jawab kinan pendek.
"Yahh..kq gtu sih?? Namanya siapa?" Ovy mendekatkan kepalanya ke kakaknya yg tidur bersebelahan dengannya.
"Yg jelas belum terlintas di kepalamu" Kinan berbalik, membelakangi adiknya. Ovy mendengus kesal. Memangnya siapa? Apakah orang yg belum pernah Kinan ceritakan padanya? Masa sih? Karena menurutnya, Kinan adalah orang yang paling tidak bisa merahasiakan sesuatu pada adik semata wayangnya itu. Siapa? Kak Adrian, Kak Dio, Kak Dzikri, Kak Danu? Siapa lagi??
"cakepan mana sama kak adrian, kak?" tuntutnya. Karena baginya, dari sekian banyak laki-laki yg perah ia dengar namanya dan ia tahu orangnya, cuma Adrian-lah yg paling mengesankan. Ahahaha,siapa yg ga mau punya kakak ipar blasteran luar negeri begitu. Pasti membanggakan sekali kalo itu beneran kak Adrian-nya.
"Dasar abege, jangan liat dr fisiknya aja dong!" Kinan berbalik kembali menghadap adiknya.
"Meski nanti abangmu ga secakep Adrian, tp dia ga kalah baik kok, InsyaAllah...lagian, kamu seneng kan liat kakak seneng?" Kinan menatap mata adik kecilnya itu.
"Hmm, tp liat2 dulu yaa, klo jelek banget mah jangan..."rajuk si kecil Ovy. Bagaimana pun, meski uumur Ovy sudah menginjak 15 tahun, bagi Kinan, dia tetap adik kecil kesayangannya.
Tangan Kinan terjulur untuk menarik hidung adiknya dengan rasa sayang. "Auw! kebiasaan ah, ini kakak! sakit tau!" protesnya. Dan Kinan tak menggubrisnya, malah menarik selimut dan menutupi mukanya.
Ovy melirik kakaknya yg tak kelihatan lagi mukanya, sambil menerawang sedih. Mungkin sebentar lagi dia akan tidur sendiri, tanpa kakak satu2nya yg dia miliki itu.
Kinan keluar dari dapur untuk menyuguhkan 3 cangkir teh yg dibuatnya untuk kedua orangtuanya dan satu tamu 'istimewa' dirumahnya itu. Berkali-kali ia berhenti melangkah, hanya untuk mengambil napas dalam, demi menenangkan pikirannya yg berkecamuk dan juga membetulkan posisi tangannya sehingga gemerutuk cangkir yg dipegang diatas nampannya tak terdengar, menandakan gemetarnya kedua tangan Kinan.
Kinan segera undur diri, setelah meletakkan cangkir2 itu diatas meja. tak sedikitpun ia melirik laki-laki 'asing' yang menghadap kedua orang tuanya itu. Hanya saja sekilas ia melihat senyum kecil di bibir ibunya, dan itu sudah cukup membuat hatinya tenang.
"Kak, kak...kenapa sih kakak memilih abang itu? bukankah ada banyak pilihan untuk kakak?"sekali lagi Ovy memberondongnya dengan banyak pertanyaan.
Kinan menarik tangan adiknya untuk duduk di teras belakang rumah mereka. jaga-jaga, supaya pembicaraan mereka tak sampai ke ruang tamu.
"Kakak memang belum lama mengenal abang itu. Tapi kakak kira tak butuh waktu yg lama untuk lebih mengenalnya. Yang jelas, Ovy...kesiapan itu tiba2 datang, tanpa bisa kita prediksikan sebelumnya. Yang jelas, dengan ijin Allah, kakak sudah mantap meilihnya..."
seolah tak puas dengan jawaban kakaknya,"Kakak ga takut salah pilih? knp bukan dengan orang yg udah lama kakak kenal? yg jelas2 bisa membahagiakan kakak, menurutku sih..."
Kinan segera menjulurkan tangannya, tapi dicegah Ovy yg hapal dengan kebiasaan kakaknya kalau mulai gemas dengan adiknya itu. "Materi memang sarana untuk mendapatkan kebahagiaan. Tapi kebahagiaan tak semata2 karena materi. Abang itu memang banyak kekurangan, tapi justru dengan hal itu, kakak bisa belajar untuk melengkapinya. Kalaupun ada yg sama, akan menjadi saling menguatkan..."
Ovy tak tahan lagi untuk memeluk kakaknya. Kinan salah tingkah,"hei, kamu kenapa sayang?"
"Ovy sayang kakak...Ovy percaya apa yg menjadi pilihan kakak"
Kinan melepaskan pelukan adiknya perlahan. "Ovy jagain ayah sama ibu ya?"
"InsyaAllah kak...Eh, aq ga bisa bayangin reaksinya kak Adrian pas nerima undangan dari kakak nanti, hehehe..."Ovy menjulurkan lidahnya.
"Hussy, udah ah...Yuk ke depan, liat perkembangan perjuangan abangmu melumpuhkan ayah" Kinan tertawa. Dan Ovy baru melihat senyum selebar ini pada kakaknya, setelah beberapa waktu lalu tampak tertekan dengan beberapa laki-laki yg singgah dalam hidup Kinan.
"barakallah, kakakku..." bisiknya.
Langganan:
Postingan (Atom)