Selasa, 15 November 2011

Life must go on and life is never flat!

Ijinkan (sekali lagi) saya curhat yaa…:p
Hmm..ini tentang keajaiban dan harapan. Beberapa saat yang lalu, saya merasa hidup begitu berat ketika harus memutuskan sesuatu. Ini bukan tentang saya pribadi, tapi keputusan ini juga akan menyangkut orang banyak, orang-orang yang mencintai saya, yang telah banyak mengorbankan apa yang mereka miliki untuk kemaslahatan hidup saya (*berat amat bahasanya, :p).

Karena masalah ini, rasanya pintu kesempatan semua tertutup. Porsi prioritas saya tersita. Konsentrasi saya pecah, lbh bnyk untuk memikirkan hal itu. Padahal, menurut orang-orang d sekitar saya, tak seharusnya saya meninggalkan pekerjaan yang lain ‘hanya’ karena masalah ini. tapi, apa daya..karena kemampuan konsentrasi saya rendah, akhirnya masalah ini pun harus beranjak ke nomor atas untuk segera dicarikan solusinya, dan akibatnya beberapa masalah lain harus terabaikan.

Professional dan proporsional (*uda kyk jargon apaa gt! :D). mungkin bukan hal yg mudah untuk dilakukan. Terbukti, karena hal ‘ini’ saya jadi agak mengesampingkan perkara lain yg sebenarnya tak kalah penting. Akhirnya, satu keputusan telah terambil. (mungkin) agak menyakitkan buat beberapa pihak, tp every decision has consequences, right?. Okelah, klo karena keputusan itu saya berubah menjadi tokoh antagonis bagi beberapa orang, saya terima, mski saya (bnar2) tidak menginginkannya. Bukan mudah untuk memutuskan hal ini, karena sekali lagi ada segudang pertimbangan yg membuat saya surut-maju mengambilnya. Tapi life must go on, saya nggak mau hidup saya stuck di titik ini. saya harus bergerak, klo ga mau terlindas (*tuh, kn slogan lagi,:D).

Ada pihak yang menyayangkan keputusan saya, dan memberikan asumsi2 yg (sekali lagi) menggoyahkan tekad saya. Jujur, itu sempat membuat saya hilang arah (disorientasi) beberapa hari terakhir. Fokus saya kembali terdominasi akan hal ini, padahal niat saya sudah ingin meninggalkan yg ‘ini’ dan mulai mngerjakan yg lain.

Kemudian, muncul orang2 ‘lama’ dalam hidup saya. Mereka pernah ‘ada’ dalam hidup saya, sebentar, tapi pengaruhnya luar biasa. Mereka adalah adik, sahabat, yang telah memberikan pelangi dalam putih sejarah hidup saya. Ungkapan2 mereka, kalimat sederhana mereka, mengingatkan saya pada ‘mimpi’ saya yg terdahulu. Yang sempat terusik prioritasnya oleh masalah ‘itu’. Ok, saya putuskan untuk banting stir, kmbali k jalan yg benar,:p

Masalah yg lalu ‘itu’ bukannya tidak penting. Bagi saya, semua tantangan hidup qy itu semuanya penting. Penting karena memberikan banyak pelajaran hidup, penting karena memberikan qt kesempatan untuk ‘berpengalaman’, penting bahwa qt jadi tw banyak yg mnaruh perhatian pada qt dan siap mengurlurkan tangannya ketika qt terjerembab jatuh dan sulit untuk bangkit. Semua episode dalam hidup qt itu penting untuk membentuk karakter dan kepribadian qt.

Orang2 ‘lama’ itu mengungatkan saya untuk tetap bersyukur dan optimis. Sederhana bukan? Tapi maknanya luar biasa… dan ketika qt mrasa sendiri dan tak kuat lagi menerima masalah yg datang bertubi2, masih ada ‘backing’an Yang Maha Tak Terbatas. Allah, yang mski secara tak langsung qt sangsikan ‘kehadiranNya’. Namun secara ‘nyata’, kehadiranNya itu berwujud harapan, sebuah keajaiban ketika qt pernah berniat mengakhiri segala masalah hidup dengan cara yg tak baik. Harapan itu bisa hadir dengan sendirinya ketika qt berserah full kepadaNya, pasti ada kehangatan di tengah jiwa qt yg sunyi dan dingin.

Akhirnya, sebuah langkah sederhana tapi ‘besar’ telah saya tetapkan. Bukan untuk bertahan pada satu titik dimana akan dapat menghabiskan waktu dan energy saya untuk memikirkannya. Banyak rentetan impian menunggu untuk diwujudkan. Bukannya tidak konsisten, tapi untuk apa bertahan pada konsistensi yg ‘tidak menguntungkan’??

Life must go on and life is never flat, kn?? 


*Special thanks to : adik2 binaan Bidik Misi Unair 2010, dan teman2 yg senantiasa mendampingiku berusaha menggelitik hatiq dgn nasehat2nya, saat mulut tak lagi mw bersuara, telinga bebal mendengar…Uhibbukum fillah…

Senin, 14 November 2011

Ada Ustadz Salim A. Fillah di Nuruzzaman!!


Hehehe, mungkin ad yg mbatin waktu baca judul note ini, "trus lapo? emg knp? so what?". Jadi critanya, hari jumat lalu memang bukan hari yang 'biasa' buat saya. Ada beberapa hal yang membuat saya merasa sdg diuji kesabarannya. Ada beberapa rencana yang tak dikehendaki Allah untuk terjadi, tp subhanallah...ternyata Allah menggantinya dengan yang lebih indah. Disaat saya merasa kecewa dengan seseorang, trnyata d waktu yang (hampir) bersamaan, Allah menjawab apa yg saya keluhkan, melalui seseorang yang saya kagumi&hormati setiap perkataannya. Emang, ya...Inna ma'al usri yusron...
Sudahlah, tnpa perlu saya curcol panjang lebar dsni, izinkan saya untuk share 'sedikit' yang saya dapatkan dr 'pertemuan' singkat saya dgn blio sore itu. Smoga membawa manfaat yg 'banyak' untuk qt semua...

>>Indahnya Ukhuwah Islamiyah
by: Ust. Salim A. Fillah, dgn moderator: Akh Asset Attaqwa, ketum Jamaah Nuruzzaman UKMKI Unair
@Hall Masjid Nuruzzaman Universitas Airlangga, 15.45 WIB

Ketika kita berbicara tentang iman, maka kita tidak akan lepas dari hubungan, hablum minnallah dan hablum minannas. HUbungan vertikal dan horizontal. Mengapa seperti itu?? Karena iman itu hubungan. Hubungan harus bersama iman. Baik iman maupun hubungan, keduanya membutuhkan ikhtiar2 untuk menumbuhkan dan menyuburkannya. Itulah 3 pokok bahasan yang akan kita bicarakan pada sore hari ini.

> Iman. Seperti yang kita ketahui, definisi iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, dibenarkan dengan lisan, dan dipraktikkan dalam perbuatan. Namun, siapa yang dapat mengukur kadar keimanan manusia? karena isi hati tak ada yg tahu, lisan dapat berdusta dan dalam perbuatan (ibadah) kita dapat berpura2, maka Allah mengukur iman dengan kualitas hubungan seseorang dgn sesamanya. Oleh karena itulah iman itu adalah hubungan.

> Iman adalah hubungan itu adalah teorinya. Bagaimana mengaplikasikannya dalam praktis kehidupan sehari2??
Nah, tu dy,,,Hubungan itu harus bersama dgn iman. Karena hubungan tanpa iman akan menjadi siteru. Teringat kisah Nabi Nuh AS dgn putranya yg berbeda keyakinan. Hubungan apapun, jika bukan iman dan takwa yang melandasinya, akan berakhir dengan penyesalan dan kekecewaan. Contoh kecil yg sering kita alami sehari-hari. Seringkali, atas nama kejujuran, kita sering secara sengaja atau tidak menyakiti hati sodara kita dgn mngatakan yg (mungkin) benar adanya. Bolehkah qt mengatakan apa yg sejujurnya pada sahabat kita? Tentu. Tapi kebenaran itu tak selamanya baik, ketika yang benar itu justru mnyakitkan dan merusak hubungan diantara 2 orang. Oleh karenanya, terkadang mengatakan yang benar itu bisa menempati urutan prioritas kesekian, dibandingkan dengan menjaga hubungan baik dengan sodara sesame muslim.
Ini ada sebuah contoh kisah sahabat Nabi SAW. Pernah, suatu kali ada seorang sahabat Rasulullah yang tidak sengaja mengatai Bilal bin Rabbah dgn sebutan “Anak budak hitam”, langsung seketika Rasulullah SAW mengangkat telunjuk di hadapan sahabat tersebut sebagai wujud protes beliau. Kemudian si sahabat menyadari khilafnya dan menurunkan kepalanya hingga ke tanah, berkata ia pada Bilal “wahai Bilal sahabatku, kutanam kepala ini dan kututupi dengan pasir. Injaklah, semoga ini dapat menebus kesalahanQ dan memebuat Allah ridha atas pengakuan dosaku”. Namun, apa yg dikatakan Bilal? “Tidak, wahai sahabat. Demi Allah,aq ridha atas apa yg kau lakukan barusan”.
Lantas bagaimana dengan hadist “Katakanlah yg benar, meskipun itu pahit”??
Dalam tafsir Ibnu Jauziyah, dikatakan bahwa asbabul hadist ini adalah dari sebuah kisah sahabat Rasulullah SAW yang merasa tertipu karena membeli barang yang kualitasnya jauh dari pesanan, lantas ia berkata “ Yaa,Rasulullah..apa yang harus saya lakukan, apakah boleh saya menutupi cacat barang2 ini supaya kembali uang modalku, ataukah harus kukatakan yg sebenarnya pada pembeliku dgn resiko kerugian besar akan menghantuiku?”. Lantas rasulullah saw. bersabda demikian “katakanlah yang benar, meskipun itu pahit”. Jadi, dapat kita simpulkan, bahwa kebenaran yang qt ucapkan bukan untuk membuat sahabat kita menjadi sakit hati, jikalau ingin mengatakan sebuah kejujuran, sampaikanlah dengan cara yg ahsan, tnpa menyakiti hatinya. Oleh karena itu, hubungan harus bersama dengan iman.

> Yang ketiga, Baik iman maupun hubungan, keduanya membutuhkan ikhtiar2 untuk menumbuhkan dan menyuburkannya. Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya. Bahwa iman itu tak hanya di di hati, tapi jga diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Allah takkan begitu saja menerima penyerahan iman dan ungkapan cinta hambaNya tnpa ujian. Misal dalam cinta, Allah pasti akan menghadirkan ‘tandingan-tandingan’ cinta yg bisa saja membuat turun prioritas cinta kita padaNya.
lantas, bagaimana pula dengan hubungan? Sama. Saya yakin, teman2 semua pasti pernah mengalami masa sulit untuk menjaga sebuah hubungan. Misalnya dalam sebuah persahabatan, mungkin qt pernah dikecewakan oleh orang yang selama ini kita percaya dan kita yakini mengerti segalanya ttg kita. (*curcol :sebenernya ini bagian yang paling ‘mengena’ buat saya)  ketika qt dilukai oleh kelalaian orang shalih, maka segeralah mencari obatnya. Bisa dengan segera mengklarifikasi (*bahasa kerennya :tabayyun), atau obatilah sendiri dengan banyak2 mengingat kebaikan2 yg telah ia lakukan pada kita. Karna, luka yg disebabkan oleh orang shalih yg lalai, bisa menjadi kendaraan syeithan jika qt biarkan semakin parah dan bernanah. Bisa jadi syethan membuat qt tidak hanya membenci pelakunya, tapi juga amal shalihnya. (*nah, yg ini curcol banget sebenernya).
Lantas, bagaimana qt mencari seorang sahabat sejati? Bentar, bentar… Pantesan aja sulit, lha wong yg Anda cari itu orang yg mampu MEMBERI apa yg anda inginkan, apa yg Anda butuhkan,kq.. Coba dibalik mindset-nya, klo yg Anda cari adalah orang yg bisa DIBERI, maka bertebaranlah orang seperti itu di muka bumi. Bukankah qt mencari orang yg selalu bisa membuat qt mendekatkan diri padaNya. Nah, org2 seperti itu akan selalu membuka pintu amal buat qt kn? 
Sebenarnya tidak sulit mencari criteria seorang sahabat sejati, Rasulullah berkata, “Seseorang yang telah 3x marah (kecewa) padamu, dan mengetahui segala aib tentangmu namun tak pernah sekalipun menjelek2kan kita dihadapan yg lain, maka itulah SAHABAT SEJATIMU”. Gimana, uda ketemu blom?? :D
Bukanlah seorang sahabat yang selalu memuji2 kita, bahkan Rasulullah mengingatkan, Seseorang yg sering memuji-muji kita dengan suatu hal yg qt tidak punya (mengada-ada), maka tunggulah suatu saat ia akan bisa juga menjelek2kan kita dengan sesuatu yg qt tidak miliki juga.
Maka, refresh kembali Iman kita dengan memperbaiki hubungan kita dengan sesama. Maka ukhuwah akan terasa indah bersama iman yg melandasinya…
Wallahu’alam bisshawwabb…