Senin, 14 November 2011
Ada Ustadz Salim A. Fillah di Nuruzzaman!!
Hehehe, mungkin ad yg mbatin waktu baca judul note ini, "trus lapo? emg knp? so what?". Jadi critanya, hari jumat lalu memang bukan hari yang 'biasa' buat saya. Ada beberapa hal yang membuat saya merasa sdg diuji kesabarannya. Ada beberapa rencana yang tak dikehendaki Allah untuk terjadi, tp subhanallah...ternyata Allah menggantinya dengan yang lebih indah. Disaat saya merasa kecewa dengan seseorang, trnyata d waktu yang (hampir) bersamaan, Allah menjawab apa yg saya keluhkan, melalui seseorang yang saya kagumi&hormati setiap perkataannya. Emang, ya...Inna ma'al usri yusron...
Sudahlah, tnpa perlu saya curcol panjang lebar dsni, izinkan saya untuk share 'sedikit' yang saya dapatkan dr 'pertemuan' singkat saya dgn blio sore itu. Smoga membawa manfaat yg 'banyak' untuk qt semua...
>>Indahnya Ukhuwah Islamiyah
by: Ust. Salim A. Fillah, dgn moderator: Akh Asset Attaqwa, ketum Jamaah Nuruzzaman UKMKI Unair
@Hall Masjid Nuruzzaman Universitas Airlangga, 15.45 WIB
Ketika kita berbicara tentang iman, maka kita tidak akan lepas dari hubungan, hablum minnallah dan hablum minannas. HUbungan vertikal dan horizontal. Mengapa seperti itu?? Karena iman itu hubungan. Hubungan harus bersama iman. Baik iman maupun hubungan, keduanya membutuhkan ikhtiar2 untuk menumbuhkan dan menyuburkannya. Itulah 3 pokok bahasan yang akan kita bicarakan pada sore hari ini.
> Iman. Seperti yang kita ketahui, definisi iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, dibenarkan dengan lisan, dan dipraktikkan dalam perbuatan. Namun, siapa yang dapat mengukur kadar keimanan manusia? karena isi hati tak ada yg tahu, lisan dapat berdusta dan dalam perbuatan (ibadah) kita dapat berpura2, maka Allah mengukur iman dengan kualitas hubungan seseorang dgn sesamanya. Oleh karena itulah iman itu adalah hubungan.
> Iman adalah hubungan itu adalah teorinya. Bagaimana mengaplikasikannya dalam praktis kehidupan sehari2??
Nah, tu dy,,,Hubungan itu harus bersama dgn iman. Karena hubungan tanpa iman akan menjadi siteru. Teringat kisah Nabi Nuh AS dgn putranya yg berbeda keyakinan. Hubungan apapun, jika bukan iman dan takwa yang melandasinya, akan berakhir dengan penyesalan dan kekecewaan. Contoh kecil yg sering kita alami sehari-hari. Seringkali, atas nama kejujuran, kita sering secara sengaja atau tidak menyakiti hati sodara kita dgn mngatakan yg (mungkin) benar adanya. Bolehkah qt mengatakan apa yg sejujurnya pada sahabat kita? Tentu. Tapi kebenaran itu tak selamanya baik, ketika yang benar itu justru mnyakitkan dan merusak hubungan diantara 2 orang. Oleh karenanya, terkadang mengatakan yang benar itu bisa menempati urutan prioritas kesekian, dibandingkan dengan menjaga hubungan baik dengan sodara sesame muslim.
Ini ada sebuah contoh kisah sahabat Nabi SAW. Pernah, suatu kali ada seorang sahabat Rasulullah yang tidak sengaja mengatai Bilal bin Rabbah dgn sebutan “Anak budak hitam”, langsung seketika Rasulullah SAW mengangkat telunjuk di hadapan sahabat tersebut sebagai wujud protes beliau. Kemudian si sahabat menyadari khilafnya dan menurunkan kepalanya hingga ke tanah, berkata ia pada Bilal “wahai Bilal sahabatku, kutanam kepala ini dan kututupi dengan pasir. Injaklah, semoga ini dapat menebus kesalahanQ dan memebuat Allah ridha atas pengakuan dosaku”. Namun, apa yg dikatakan Bilal? “Tidak, wahai sahabat. Demi Allah,aq ridha atas apa yg kau lakukan barusan”.
Lantas bagaimana dengan hadist “Katakanlah yg benar, meskipun itu pahit”??
Dalam tafsir Ibnu Jauziyah, dikatakan bahwa asbabul hadist ini adalah dari sebuah kisah sahabat Rasulullah SAW yang merasa tertipu karena membeli barang yang kualitasnya jauh dari pesanan, lantas ia berkata “ Yaa,Rasulullah..apa yang harus saya lakukan, apakah boleh saya menutupi cacat barang2 ini supaya kembali uang modalku, ataukah harus kukatakan yg sebenarnya pada pembeliku dgn resiko kerugian besar akan menghantuiku?”. Lantas rasulullah saw. bersabda demikian “katakanlah yang benar, meskipun itu pahit”. Jadi, dapat kita simpulkan, bahwa kebenaran yang qt ucapkan bukan untuk membuat sahabat kita menjadi sakit hati, jikalau ingin mengatakan sebuah kejujuran, sampaikanlah dengan cara yg ahsan, tnpa menyakiti hatinya. Oleh karena itu, hubungan harus bersama dengan iman.
> Yang ketiga, Baik iman maupun hubungan, keduanya membutuhkan ikhtiar2 untuk menumbuhkan dan menyuburkannya. Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya. Bahwa iman itu tak hanya di di hati, tapi jga diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Allah takkan begitu saja menerima penyerahan iman dan ungkapan cinta hambaNya tnpa ujian. Misal dalam cinta, Allah pasti akan menghadirkan ‘tandingan-tandingan’ cinta yg bisa saja membuat turun prioritas cinta kita padaNya.
lantas, bagaimana pula dengan hubungan? Sama. Saya yakin, teman2 semua pasti pernah mengalami masa sulit untuk menjaga sebuah hubungan. Misalnya dalam sebuah persahabatan, mungkin qt pernah dikecewakan oleh orang yang selama ini kita percaya dan kita yakini mengerti segalanya ttg kita. (*curcol :sebenernya ini bagian yang paling ‘mengena’ buat saya) ketika qt dilukai oleh kelalaian orang shalih, maka segeralah mencari obatnya. Bisa dengan segera mengklarifikasi (*bahasa kerennya :tabayyun), atau obatilah sendiri dengan banyak2 mengingat kebaikan2 yg telah ia lakukan pada kita. Karna, luka yg disebabkan oleh orang shalih yg lalai, bisa menjadi kendaraan syeithan jika qt biarkan semakin parah dan bernanah. Bisa jadi syethan membuat qt tidak hanya membenci pelakunya, tapi juga amal shalihnya. (*nah, yg ini curcol banget sebenernya).
Lantas, bagaimana qt mencari seorang sahabat sejati? Bentar, bentar… Pantesan aja sulit, lha wong yg Anda cari itu orang yg mampu MEMBERI apa yg anda inginkan, apa yg Anda butuhkan,kq.. Coba dibalik mindset-nya, klo yg Anda cari adalah orang yg bisa DIBERI, maka bertebaranlah orang seperti itu di muka bumi. Bukankah qt mencari orang yg selalu bisa membuat qt mendekatkan diri padaNya. Nah, org2 seperti itu akan selalu membuka pintu amal buat qt kn?
Sebenarnya tidak sulit mencari criteria seorang sahabat sejati, Rasulullah berkata, “Seseorang yang telah 3x marah (kecewa) padamu, dan mengetahui segala aib tentangmu namun tak pernah sekalipun menjelek2kan kita dihadapan yg lain, maka itulah SAHABAT SEJATIMU”. Gimana, uda ketemu blom?? :D
Bukanlah seorang sahabat yang selalu memuji2 kita, bahkan Rasulullah mengingatkan, Seseorang yg sering memuji-muji kita dengan suatu hal yg qt tidak punya (mengada-ada), maka tunggulah suatu saat ia akan bisa juga menjelek2kan kita dengan sesuatu yg qt tidak miliki juga.
Maka, refresh kembali Iman kita dengan memperbaiki hubungan kita dengan sesama. Maka ukhuwah akan terasa indah bersama iman yg melandasinya…
Wallahu’alam bisshawwabb…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar