Kamis, 07 Juni 2012

UNIQUE

"Kak, liat Kak Riana ga?" seorang yunior di kampus Alyssa mencegatnya di kantin.

"Nggak. Kenapa?"

"Nggak papa sih, cuma ada perlu aja..kn biasanya kalian msti barengan..."

Alyssa mengerutkan kening. "Oh ya?" dan mengumbar sekilas senyum sebelum berlalu.

Itu yang pertama!
Selanjutnya,

"Riana!" seseorang memanggil sambil setengah berlari kearah Alyssa. Alyssa tolah-toleh kanan-kiri. Mana Riana? Perasaan dia ga lagi sama aku...pikirnya.

"Eh, sorry...aq kira  kamu Riana, abis dandanan kalian mirip sie. Bajunya juga. Niru2 Riana ya?" seloroh anak itu, yang kemudian ngeloyor pergi, meninggalkan Alyssa bengong sendirian.

What??!!
Alyssa langsung lari ke kamar mandi. Mematut-matut diri di depan kaca. Iya, sie...hari ini dia 'agak' mirip dengan Riana. Setidaknya kombinasi warna baju yang mereka pakai sama. Bawahan Jeans biru, atasan kemeja putih. Dan itu berlangsung hingga seminggu berikutnya. Mereka pakai baju yang 'sama'!

Awalnya Alyssa tak memusingkan itu. Dia fine saja, kalau ada yang salah memanggilnya Riana. Dia juga biasa saja saat ada yang bilang mereka mirip. Meski kenyataannya jauuhh... Emangnya dia punya keturunan Tionghoa seperti Riana?? Mata, hidung, kulit. Ahh, bener2 pada rabun itu orang2!

Riana cuma bilang, "Mungkin karena qt selalu kliatan barengan aja ya, Al? jadi mereka suka ketuker2..." sambil ketawa renyah. Nah, ketawanya aja juga beda. Mana bisa Alyssa ketawa se'anggun' itu. Ngakak ya ngakak aja...
Selain physically, Alyssa juga tak merasa mirip intelejensinya dengan Riana. Ngomong bahasa inggris aja masih kagok, mau disamain sama Riana yang jago debate. Hahaa, Alyssa menertawakan dirinya sendiri.

Selama ini Alyssa tak pernah merasa menjadi nomor 2. Mereka beda, kok... Bukan twin. They're totally different. Tapi Alyssa baru merasakan nggak enak bgt jadi nomor 2.

Eh, kok bisa??

Seringkali Alyssa mendapat 'titipan' dari dosen-dosen yang berkepentingan dengan Riana. Alasannya, Riana sulit dihubungi dan lebih baik menitipkan pesannya pada orang terdekat Riana. Sampai akhirnya suatu hari HP Alyssa penuh dengan SMS...
"Kak, pesen dong sama Kak Riana nanti jangan lupa rapat di senat"
"Kak, bilang sm kak Riana, sekarang tak tunggu di depan kelas, mau minta tanda tangan"
"Kak, bla..bla..bla..."

Hassshhhh!! Cukup!
Emangnya gue asisten dia apa?? Mentang-mentang gue ga pernah unggul daripada Riana. Mentang-mentang dia selalu duduk di samping gue (itu juga karena dia yang pesen). Mentang-mentang kami sering pake baju 'kembar'. Mentang-mentang gue selalu mau diajakin kemana-mana buat nemenin dia. Tapi gue bukan Riana. So, please...Jangan panggil gue Riana. Gue bukan Riana versi 2. Gue bukan buntutnya. Gue Alyssa. Dan gue punya hidup sendiri!!


Dan sejak itu, Alyssa memilih untuk menyingkirkan dirinya dari sisi Riana. Sahabat yang sudah menemaninya dari semester awal di kampus ini.
Semata-mata hanya untuk sebuah 'eksistensi'.

Alyssa ga tahan untuk menceritakan tentang 'perpisahannya' dengan Riana pada Radit, laki-laki yang paling setia menemani Alyssa sekalipun hanya untuk mendengar omelannya dalam setahun terakhir.

"Kamu ga ngerasa berlebihan, dek? Ntar kamu kangen lho.." tanya Radit hati-hati, karna paham bener karakter meluap-luap lawan bicaranya itu.

"Nggak lah... Ini adalah bentuk akumulasi Kak, sebenernya uda lama aku ngerasa ga cocok dengan karakternya. Dominan. Maunya kemana-mana diikutin. Kata-katanya dturutin. Iya sie, aq ga sepinter dia diplomasinya. Tapi.."

Radit memotong.
"Hssshhh...udah, udah...kok jadinya kamu jelek2in diri sendiri gitu sie? Ga bagus lho, semacam nyalahin apa yang uda Tuhan kasih sama kamu. Ga bersyukur."

Dan itu ckup berhasil mengatupkan bibir Alyssa, meskipun sekarang jadi lebih maju beberapa senti karena manyunnya. Alyssa masih membela diri, kalau bukan salahnya kalau dia menjauh dari Riana. Biar sadar! katanya.

Alyssa cukup puas dengan hidupnya saat ini. Tanpa bayangan Riana lagi. Dia merasa lebih ringan, seringan jawabannya ketika ada yang nanya, "Al, kalian jadi jarang keliatan bareng akhir-akhir ini? berantem ya?"

"Nggak ada apa-apa kok. Kan dari dulu kami sudah punya hidup masing-masing" dengan penekanan pada kalimat kedua.

Alyssa merasa nyaman dengan Radit. Bukan karena Radit itu laki-laki dan Riana perempuan. Tapi Radit itu nggak dominan. Sifat yang Alyssa klaim ga bakal bisa ilang dari diri Riana. Radit itu dewasa, calm, pinter tapi ga neko-neko, mau jadi pendengar bukan pengatur forum kayak Riana. Setidaknya Radit nggak pernah memperlakukan Alyssa seperti ajudan di bawahnya, tapi partner yang setara!

"Kak, kalo kakak dihadapkan pada 2 pilihan barang dengan nilai yang sama, tapi feature yang beda, yang satu lebih banyak featurenya daripada yang lain, kakak pilih yang mana?" tanya Alyssa pada Radit suatu hari..

"Emang ada ya? Hmm, secara manusiawi, yaa milih yang banyak  feature-nya lah..." Radit terkekeh.

Unpredictable. Mendengar itu, Alyssa langsung nangis sekenceng-kencengnya.
"Huaa...berarti kakak lebih milih Riana dong, daripada akuu...??"

"Eh, eh..ini tentang apa sih? Kok jadi Riana dan kamu??" Radit salah tingkah.

Bukannya menjelaskan, Alyssa malah makin menangis sejadi-jadinya. Menangisi nasibnya yang menurutnya ga sebaik Riana. Menyalahkan Riana yang selalu membayangi hidupnya, sehingga hidupnya tak lagi bersinar karena Riana lbh shiny daripada dirinya. Merutuki orang-orang yang menomorduakannya daripada Riana. Dan lain sebagainya...

Radit menarik napas panjang...

"Untuk saat ini kamu benar-benar keliru, Al... Jangan menghakimi diri sendiri karena tak memiliki apa yang orang lain punya. Siapa bilang kamu ga lebih baik daripada Riana. Ok, kalau menurutmu physically Riana lebih semuanya dari kamu. Tapi menurutku, dia ga lebih usefull daripada dia. Setidaknya buatku. Kamu mungkin punya lebih banyak waktu daripada Riana, tapi dengan itu pula kamu luangkan waktu untuk menjadi pendengar yang baik buat semua orang yang membutuhkanmu. You're special. Kamu baik. And it's enough for me to love you..."

Radit melanjutkan,"Mestinya iri itu jadikan sebagai motivasi, tapi jangan sampai terobsesi. Karena setiap manusia itu diciptakan unik dengan karakter dan kelebihan masing-masing, bahkan kembar pun ga ada yang identik. Itu yang kakak pelajari dari kamu. Selalu berpikir positif. And it's only one of reasons, why do I love you so much. So, please...kembali lah menjadi Alyssa yang selalu memberiku recharge. Ok?"

Kali ini Alyssa masih terisak. Tapi bahagia. Setidaknya, dicintai orang lain itu membuatnya merasa berguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar